skip to main |
skip to sidebar
21.14.00
Unknown
No comments
Batman v Superman: Dawn of Justice
(2016)
Sinopsis:
Warner Bros. (akhirnya) memulai shared fictional universe DC Extended
Universe di tahun 2013 lewat film Superman dengan judul Man of Steel,
sedangkan kompetitor mereka, You-Know-Who, memulai “dunia” milik mereka
di tahun 2008 dan tahun ini akan merilis film yang ke-14. DC mencoba
mengejar dengan menjadikan film ini sebagai reboot Batman, sekuel
Superman, perkenalan musuh besar, dan perkenalan superhero baru. Usaha
yang ingin “cepat” tadi memang menghasilkan presentasi yang terasa
jam-packed namun di sisi lain Batman v Superman: Dawn of Justice
berhasil mencapai tujuan utama mereka: menjadi sebuah kata pengantar
yang oke bagi DC Extended Universe. The greatest gladiator match in the
history of the world?
Pertarungan destruktif antara dirinya dengan General Zod (Michael
Shannon) menyebabkan Superman (Henry Cavill) kini harus menyandang
status sebagai tokoh kontroversial di Metropolis. Tidak hanya masyarakat
Metropolis yang marah pada Superman namun juga Bruce Wayne (Ben
Affleck) mulai berusaha menemukan kelemahan Superman ketika ia
beroperasi sebagai pahlawan kegelapan di Gotham City sebagai Batman.
Bruce Wayne menilai bahwa Superman harus dihukum akibat pertarungannya
dengan General Zod memakan banyak korban jiwa. Lex Luthor (Jesse
Eisenberg), seorang pengusaha kaya ini juga berpikiran serupa dan tidak
hanya sekedar mencoba untuk “menekan” Senator June Finch (Holly Hunter)
namun sembari mendorong rencana lain miliknya yang lebih mematikan
terkait kryptonite dan Zod.
Sejak pertama kali memperkenalkan dirinya film Batman v Superman sudah
harus menghadapi track yang begitu mendaki, dari berbagai “lelucon”
hingga sikap pesimis dari calon penontonnya. Memang Man of Steel
menciptakan "dampak" yang cukup kuat sebagai pembuka DC Extended
Universe namun satu hal yang harus diingat seperti yang disinggung di
awal tadi bahwa DC Extended Universe baru memulai dunia mereka, ini
adalah film kedua mereka. Yang menjadi masalah adalah di balik potensi
dari karakter-karakter besar yang mereka punya DC tampak masih bingung
pada cara memulai “kerajaan” mereka, ibarat konstruksi mereka belum
menemukan pondasi yang bukan hanya kuat namun juga “tepat” untuk
membangun konstruksi di atasnya. Alhasil dengan memiliki Batman dan
Superman dalam satu film sebuah pertarungan gladiator terbesar dalam
sejarah justru berakhir kurang maksimal.
Batman v Superman: Dawn of Justice seperti dipaksa untuk berlari kencang
demi mengejar rival yang sudah berada jauh di depan. Won’t say ini
sebuah sajian yang super buruk namun dengan segala macam kompleksitas
yang ia punya dilengkapi pertarungan intens di bagian akhir film ini
meninggalkan rasa yang sedikit unik, sebuah rasa ketika manis, pahit,
hingga asam saling bercampur dan tidak ada satupun dari mereka yang
terasa tajam. Jika Batman v Superman: Dawn of Justice ingin menghadirkan
pendekatan yang lebih gelap dari apa yang dilakukan You-Know-Who
seharusnya penonton bukan sekedar dicengkeram saja tapi diberi ketukan
yang tepat, dari segi cerita dan daya tarik. Semangat film ini tinggi
tapi daya tarik dan pesona cerita tidak stabil, bicara motivasi karakter
ia minim sisi ketegangan dramatis juga terasa kurang nendang, dan itu
hal yang salah karena sesungguhnya DC juga punya tugas lain yang tidak
kalah pentingnya: mendapatkan penggemar baru.
Pendekatan “gelap” yang DC coba lakukan bukan sesuatu yang salah tapi
mengapa mereka berakhir tidak maksimal karena tidak ada eksekusi yang
tegas di dalamnya. Batman, Superman, hingga Wonder Woman, mereka
tenggelam di dalam skenario yang terlalu sibuk membangun benang merah
masalah karena tugas yang sejak awal memang sudah begitu banyak, usaha
membedah superhero dengan menggunakan latar belakang yang suram sembari
menampilkan misteri dari penjahat utama yang telah menanti di depan.
Pada akhirnya memang berbagai masalah beserta keterkaitannya satu sama
lain menjadi clear tapi ada rasa inkoherensi di dalamnya, disjointed dan
meninggalkan makna yang kurang menarik. Bukan, bukan pada bagaimana hal
super rumit diselesaikan dengan satu nama namun akibat Zack Snyder yang
tidak mampu menciptakan rasa peduli yang kuat dari penonton terhadap
karakter utama, sudah begitu di awal penonton disuruh memilih pula.
Di tangan Zack Snyder film ini tampil seperti sebuah presentasi bisnis,
penonton hanya menyaksikan penggambaran tentang sebab dan akibat tanpa
dirangkul untuk seolah ikut terlibat di dalam kepentingan yang dibawa
oleh cerita. Script yang ditulis oleh Chris Terrio dan David S. Goyer
memang tidak dapat dikatakan kuat pula, cerita tidak pernah mampu
menjelaskan mengapa pertikaian antara Batman dan Superman tampak seperti
sebuah masalah yang besar, perlahan hanya terasa seperti adu domba dari
Lex Luthor. Cara Zack Snyder mengolah materi yang jadi kendala utama
bagi Batman v Superman: Dawn of Justice untuk bersinar terang. Dari
sinopsis yang menarik Snyder tidak menunggu lama, dengan cepat membangun
motivasi lalu mengutak-atik cerita untuk menciptakan panggung perebutan
gelar terbaik antara Batman dan Superman. Celakanya arah masalah tidak
hanya dua, ada empat malah mungkin lebih, dan dari sana Snyder mulai
tenggelam dalam ambisinya.
Ketika konflik mulai terasa kusut akibat editing yang lemah Snyder
kembali gunakan kegemarannya pada kebisingan dan menghancurkan hal-hal
untuk menyelesaikan masalah. Zack Snyder memang punya visi yang bagus
dalam hal teknis dan harus diakui Batman v Superman: Dawn of Justice
punya beberapa action sequence yang menonjol, pertarungan di bagian
akhir itu luarbiasa. Nah, yang menjadi masalah adalah Snyder belum mampu
menyuntikkan kegembiraan kedalam berbagai ledakan yang ia hasilkan, ia
belum mampu menampilkan action sequence yang bukan sekedar “wow” saja
tapi juga fun. Tidak heran Batman v Superman: Dawn of Justice terasa
biasa karena ia lebih tertarik berusaha membuat penonton terpukau dengan
mencengkeram dan kemudian memekakkan telinga mereka ketimbang mencoba
menciptakan presentasi yang mampu menggetarkan hati dan emosi, sesuatu
yang sesungguhnya di awal memiliki potensi sangat besar.
Lalu apa keunggulan Batman v Superman: Dawn of Justice? Ini berhasil
menjadi sebuah kata pengantar yang oke, berhasil merangsang penonton
untuk at least tertarik fase awal pada apa yang akan DC Extended
Universe berikan di masa depan terutama dari film standalone Wonder
Woman, The Flash, film berikutnya dari Batman dan juga Superman, dan
tentu saja target terbesar mereka yang paling dekat, Justice League.
Cerita menarik dalam presentasi kusut anehnya sulit pula untuk menolak
terpukau dengan berbagai karakter di dalam cerita. Motivasi mereka
memang kurang menarik, but heck yes Batman, Superman, Wonder Woman, Lex
Luthor hingga Lois Lane (Amy Adams) berhasil mengikat atensi hingga
akhir. Di sini Snyder sukses, sisi ikonik mereka ditampilkan dengan
begitu electrifying meskipun seperti disebutkan sebelumnya rasa peduli
pada eksistensi mereka minim.
Dan kesuksesan tersebut tidak lepas pula dari kinerja cast, banyak hal
yang sangat baik muncul dari sektor ini. Henry Cavill berhasil membawa
pesona Superman naik satu level, dan chemistry Cavill dengan Amy Adams
juga baik, sama seperti koneksinya dengan Ben Affleck. Ben Affleck
berhasil memukul banyak persepsi miring ketika dahulu ia dipilih untuk
memerankan Bruce Wayne, ia berhasil menjadi miliarder playboy yang
memiliki kedalaman yang kuat ketika menjadi The Dark Knight meskipun ia
harus puas berada di posisi kedua ketika bersanding dengan Jeremy Irons.
Pandangan skeptis dulu juga diperoleh Gal Gadot ketika dipilih sebagai
Diana Prince/Wonder Woman, tapi di sini ia membuat Wonder Woman tampak
luar biasa. Highlight dari bagian cast adalah Jesse Eisenberg,
menampilkan Lex Luthor sebagai pria megalomania dengan kesan sosiopat
yang terus menebar ancaman yang menarik.
Minim humor, terasa sesak, dan tampak terlalu serius bukan sesuatu yang
salah dilakukan oleh Batman v Superman: Dawn of Justice melainkan cara
mengolah pendekatan tadi yang kurang dipoles dengan tepat sehingga ini
akan terkesan seperti presentasi bisnis untuk "menjual" action figure.
Memiliki karakter dengan pondasi yang menarik serta sebuah pertempuran
yang epic, Batman v Superman: Dawn of Justice merupakan sebuah kata
pengantar yang oke namun berakhir sebagai “tawuran” yang incoherence
akibat pengarahan dan skenario yang kurang mampu menggabungkan action
dan cerita menjadi kombinasi yang tidak hanya menyengat penonton namun
juga memberikan mereka petualangan dengan irama yang menarik. Terlalu
dipaksa untuk berlari super kencang Warner Bros. harus menemukan “cara”
baru agar di film-film DC Extended Universe selanjutnya pendekatan yang
mereka coba gunakan bekerja dengan maksimal. This is a competition DC!
Perbaiki!
Download
Bila Link Mati Silahkan Komentar
0 komentar:
Posting Komentar